DESA BULUS KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO



 Desa Bulus Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah merupakan satu  dari dua puluh lima desa di Kecamatan Gebang yang mempunyai jarak empat km dari kota Kabupaten. Secara geografis Desa Bulus sendiri terletak di perbatasan dengan:

Sebelah Utara                                     : Desa Jetis
Sebelah Timur                                     : Desa Kalinongko
Sebelah Selatan                                   : Desa Mranti
Cébela Barat                                       : Desa Gintungan


Desa Bulus terdiri dari 3 dusun 3 RW dan 13 RT dengan luas 227,5 Ha, dengan potensi perangkatnya terdiri dari Seorang Kepala Desa (Kades), satu orang Sekretaris Desa (Sekdes), lima orang kaur dan dua Kepala Dusun (Kadus) mempunyai jumlah penduduk 1.693 orang yang terdiri dari 794 orang laki-laki dan 899 orang perempuan, dan dengan jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) berjumlah 484 RTM.

1.1.  Kondisi Desa
Letak topografis tanahnya datar, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, perkebunan dan perikanan sehingga sebagian besar masyarakat desa adalah petani dan petani penggarap.


1.1.1. Sejarah Desa

Sejarah awal desa Bulus didirikan oleh Sayyid Ahmad Muhammad Alim. Saat muda, Beliau pergi menuntut ilmu ke Pekalongan. Beliau mengaji pada ulama besar di sana sampai beberapa lama, kemudian meneruskan menuntut ilmu di Mekah dalam waktu yang cukup lama pula hingga Beliau menjadi seorang ulama besar. Di Mekah Sayyid Ahmad Muhammad Alim mempelajari Tarekat Satariyah. Sepulang dari Mekah, Beliau kemudian menetap di kampung Krapyak, kota Pekalongan bagian utara, menggantikan gurunya sampai beliau menikah dan mempunyai keturunan di sana.

Keturunannya hingga sekarang banyak yang disebut Basaiban seperti : Sayyid / Habib Abu Tholib, Sayyid / Habib Toha dan lain – lain. Ada juga keturunan Beliau yang menjadi Bupati Magelang yakni R. Tumenggung Danu Sugondo, dimana adiknya juga menjadi bupati Purworejo yakni R. Tumenggung Chasan Danuningrat.

Atas permintaan para murid yang berasal dari Wonosobo, Beliau kemudian pindah ke Wonosobo. Pertama kali bermukim adalah di desa Cekelan kecamatan Kepil. Di sana beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid yang hingga sekarang masih ada dan berkembang pesat. Pembuatannya dibantu olehbesan Beliau yang bernama R. Tumenggung Bawad ( pensiunan ) pembesar dari Kraton Yogyakarta yang bernama Wiradhaha / ayah Kyai Tolabudin ( makam di Blimbing Bruno Purworejo ) dibantu juga oleh Kyai Karangmalang ( ayah Kyai Imam Puro ) yang telah mengangkat saudara. Dikisahkan mereka membawa pohon Aren dan Pohon jambe / Pinang. Dari desa Cekelan, Beliau kemudian pindah ke desa Gunung Tawang, kecamatan Selomerto Wonosobo . Di sana pun Sayyid Ahmad Muhammad Alim mendirikan pondok dan masjid.
Setelah bermukim di desa Gunung Tawang, beliau pindah ke arah utara, sampai di dekat dukuh Kendal Mangkang, petilasan Kyai Ageng Gribig dari Klaten Surakarta sewaktu membuat pertahanan saat memerangi Belanda di Batavia ( Jakarta ). Dari tempat tersebut, beliau pindah ke arah timur sampai di Candiroto, akan tetapi tidak dikisahkan hal pendirian masjid dan pondok di sana. Perpindahan selanjutnya adalah di desa Traji, yang berada di sebelah utara Parakan Temanggung, dekat desa Mandensari. Di sana didirikan pula pondok yang sampai sekarang masih ada. Dari desa Traji, Sayyid Ahmad Muhammad Alim bermukim sebentar di desa Bulu, Salaman Magelang. Di sana didirikan pula pondok dengan dibantu oleh Kyai Muhyi Bulu. Pesantren tersebut hingga sekarang pun masih. Rute perpindahan selanjutnya adalah di desa Paguan Kaliboto Purworejo, dan seperti yang sudah – sudah, di sana pun didirikan pondok yang hingga kini pesantren itu masih. Dari Kaliboto, atas permintaan salah seorang murid setianya yakni seorang mantri polisi Beliau pindah ke Pancalan dan mendirikan pesantren sehingga daerah itu menjadi aman. Pondok pesantren tersebut hingga sekarang masih, kemudian Beliau pindah ke desa Nglegok Baledono Purworejo, mendiami bekas pondok Kyai Asnawi ( R. Tumenggung Djoyomenduro, putra kyai Syamsyiah Pengulu Landrat/ Ketua Pengadilan Negeri jaman kejawen yang makamnya terletak di Pangenjurutengah ). Kyai Asnawi mempunyai banyak pondok pesantren.

Dari Baledono, Sayyid Ahmad Muhammad Alim pindah ke Kali Kepuh Beji. Masjid digotong oleh para santri yang jumlahnya sangat banyak. Perpindahan ke Kali Kepuh beji pada awalnya atas perintah Bupati Purworejo yang pertama pada jaman Belanda yang bernama Raden Mas Cokrojoyo, dikarenakan ketakutan Belanda akan adanya penyerangan sewaktu – waktu yang akan dilakukan oleh Sayyid Ahmad Muhammad Alim dan para santrinya. Begitu juga dengan perpindahan Beliau ke Bulus yang merupakan perintah dari Bupati, yang tujuan sebenarnya adalah agar Sayyid Ahmad Muhammad Alim mati dimangsa Brekasakan Hutan ( sejenis hewan dan mahluk halus ), lelembut, harimau, celeng / babi hutan dan warak ( sejenis badak ), sebab di sana terdapat sebuah beji ( semacam mata air ) yang di dalamnya terdapat sepasang bulus ( sejenis kura – kura ) berwarna putih yang merupakan mahluk halus. Maka daerah Bulus saat itu terkenal dengan sebutan Jalma Mara Jalma Mati yang artinya manusia mendekat, manusia mati. Sayyid Ahmad Muhammad Alim tetap selamat dan bahkan kemudian tempat tersebut menjadi desa yang makmur dan pesantrennya berkembang pesat hingga menyebar menjadi cikal bakal lahirnya pesantren – pesantren yang ada di Purworejo dan sekitarnya. Bulus yang tadinya hutan yang sangat angker beliau ubah menjadi desa yang makmur bersama para muridnya yang berasal dari berbagai daerah antara lain dari Pekalongan, Semarang, Salatiga, Magelang dan lain – lain. Jumlah murid Beliau lebih dari seribu orang. Sayyid Ahmad Muhammad alim mengajarkan tarekat Satariyah. Setelah mengaji, para murid ada yang diperintahkan untuk bekerja membuka hutan, ada yang diperintahkan membuat tempat tinggal ada juga yang bekerja seperti biasanya. Murid – murid yang berasal dari Pekalongan bekerja membuat sinjang ( jarit / kain ), sehingga kemudian daerah Bulus pada waktu itu terkenal dengan sebutan daerah Bang – bangan sinjang ( penghasil jarit / kain ). Mereka yang berasal dari Banjarmasin bekerja membuat aneka perhiasan dari emas dan ada juga yang bekerja sebagai tukang jam.Desa Bulus merupakan desa yang berkarakter religius. Dibuktikan dengan keberadaan pesantren yang mempengaruhi corak hidup masyarakat desa Bulus. Pendiri desa Bulus adalah K. Muhamad ‘Alim.


1.1.3. Keadaan Sosial

Peta Sosial dibuat oleh masyarakat karena masyarakatlah yang banyak mengetahui kondisi dimasing-masing daerahnya. Sehingga dalam peta sekaligus disepakati tanda-tanda agenda untuk peta sosial, misalnya tentang tanda/ simbol batas dusun atau desa, tanda jalan, perumahan, pertanian, ladang, tempat industri, kelompok-kelom pengrajin, letak potensi desa dan lain sebagainya. Masyarakat perlu menyepakati bila rumah masyarakat Sangat Miskin diberi simbol misal ½ lingkaran bawah diberi garis dua, Miskin diberi simbol ½ lingkaran bawah diberi garis satu, Hampir Miskin diberi simbol ½ lingkaran, Masyarakat Menengah diberi simbol segitiga, dan untuk Masyarakat Kaya diberi simbol bintang. Peta sosial ini memudahkan setiap orang/masyarakat sebagai media untuk melihat kondisi dan menganalisis kebutuhan dari masing-masing dusun/ kelompok masyarakat


1.1.4. Keadaan Ekonomi

Masyarakat desa Bulus mempunyai taraf ekonomi menengah kebawah, sebagian  besar masyarakat bekerja sebagai pedagang, buruh, dan sebagian kecil sebagai petani dan pegawai negeri dan swasta. Secara umum perkembangan ekonomi masyarakat berkembang dengan lambat. Pembangunan dari sarana fisik telah dilakukan oleh pemerintah desa, baik melalui jalur PNPM ataupun permohonan bantuan dari APBD dan pihak ketiga.


2.1.  Kondisi Pemerintahan Desa

Desa Bulus dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Adapun kondisi pemerintahan desa saat ini sebagai berikut :

2.2.1.  Pembagian wilayah desa
Desa Bulus dibagi mejadi 3 Dusun dan 7 Pedukuhan yaitu :
1.    Dusun Krajan
2.    Dusun Blengkunan
3.    Dusun Guyangan
Adapun Pembagian pedukuhan sebagai berikut :
1.    Dukuh Pendem
2.    Dukuh Cikalan
3.    Dukuh Krajan
4.    Dukuh Beran
5.    Dukuh Blengkungan
6.    Dukuh Ngaglik
7.    Dukuh Guyangan

2.2.2.  Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Kepala Desa                            :      Daman Huri, S.Ip.
Sekretaris Desa                        :      Mansur
Kaur Pemerintahan                   :      Karsiman
Kaur  Kesra                             :      Muktar Saroni
Kaur Umum                             :      Wagimun
Kaur Pembangunan                  :      Amin Warsono
Kaur Keuangan                        :      Muhammad Faruk
PTL Kaum                               :      Haryono
Kadus I                                    :      Paiman
Kadus II                                   :      Tugino
Kadus III                                  :      Wardi

Foto Perangkat Desa Bulus



 

Komentar

Posting Komentar